Rabu, 27 Agustus 2014

Sejarah Minahasa

   Minahasa secara etimologi berasal dari kata Mina-Esa (Minaesa) atau Maesa yang berarti jadi satu atau menyatukan, maksudnya harapan untuk menyatukan berbagai kelompok sub-etnik Minahasa yang terdiri dari Tountemboan, Tombulu, Tonsea, Toulour(Tondano), Tonsawang, Ponosakan, Pasan dan Bantik.
Nama "Minahasa" sendiri baru digunakan belakangan. "Minahasa" umumnya diartikan "telah menjadi satu". Palar mencatat, berdasarkan beberapa dokumen sejarah disebut bahwa pertama kali yang menggunakan kata "minahasa" itu adalah J.D. Schierstein, Residen Manado, dalam laporannya kepada Gubernur Maluku pada 8 Oktober 1789. Kata “Minahasa” dalam laporan itu diartikan sebagai Landraad atau “Dewan Negeri” (Dewan Negara) atau juga “Dewan Daerah”
Nama Minaesa pertama kali muncul pada perkumpulan para "Tonaas" di Watu Pinawetengan (Batu Pinabetengan). Nama Minahasa yang dipopulerkan oleh orang Belanda pertama kali muncul dalam laporan Residen J.D. Schierstein, tanggal 8 Oktober 1789, yaitu tentang perdamaian yang telah dilakukan oleh kelompok sub-etnik Bantik dan Tombulu (Tateli), peristiwa tersebut dikenang sebagai "Perang Tateli".
Adapun suku Minahasa terdiri dari berbagai anak suku atau Pakasaan yang artinya kesatuan: Tonsea (meliputi Kabupaten Minahasa Utara, Kota Bitung, dan wilayah Tonsea Lama di Tondano), anak suku Toulour meliputi Tondano, Kakas Remboken, Eris, Lembean Timur dan Kombi), anak suku Tontemboan (meliputi Kabupaten Minahasa Selatan dan sebagian Kabupaten Minahasa), anak suku Tombulu (meliputi Kota Tomohon, sebagian Kabupaten Minahasa, dan sebagian Kota Manado), anak suku tonsawang (meliputi tombatu dan toulouaan) anak suku Ponosakan (meliputi Belang), dan Pasan (meliputi Ratahan). Satu - satunya anak suku yang memiliki wilayah yang tersebar adalah anak suku Bantik yang mendiami negeri Moras, Molas, Bailang, Talawaan Bantik , Bengkol , Buha , Singkil, Malalayang (Minanga), Kalasey, Tanamon, dan Somoit (tersebar di perkampungan pantai utara dan barat Sulawesi Utara. Masing - masing anak suku mempunya bahasa, kosa kata dan dialek yang berbeda-beda namun satu dengan yang lain dapat memahami arti kosa kata tertentu misalnya kata "kawanua" yang artinya sama asal kampung.

(Sumber @Wikipedia Indonesia)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar